Minggu, 28 November 2010
JALAN HIDUP
Seorang pejuang yang paling diburu tentara elit istana akhirnya tertangkap hidup. Ia tertangkap setelah beberapa panah menembus kaki kiri dan kanannya. Namun begitu, tangan kakinya tetap dirantai dengan gembok baja.
Sepanjang perjalanan dalam gerobak kayu yang membawanya menuju istana, sang pejuang tidak menampakkan sedikit pun takut dan penyesalan. Kerumunan rakyat yang secara kebetulan berpapasan dengan iring-iringan tentara dan tawanan sang pejuang menatapinya dengan berbagai rasa. Terbersit di telinga sang pejuang suara rakyat yang berbisik ke sesama mereka, “Kasihan, ya!”
Mendapati tawanan sang pejuang sudah tiba di istana, raja begitu gembira. Ia berjanji akan memberi hadiah kepada pasukan elitnya. Saat itu juga, berita gembira itu pun disampaikan sang raja ke seluruh menterinya. “Besok, ia akan dihukum pancung karena berani menentangku!” teriak sang raja bersemangat.
Salah seorang menteri yang masih kerabat dengan sang pejuang yang ditawan, meminta izin untuk bertemu untuk terakhir kalinya. Ia begitu prihatin melihat keadaan kerabatnya yang begitu mengenaskan. Sambil berbungkuk, sang menteri berbisik, “Saudaraku, kenapa kau tidak berpura-pura mengakui kekuasaan sang raja. Kalau kamu tetap keras seperti ini, esok kamu akan dihukum mati!”
Sang pejuang yang terkulai lemas pun tiba-tiba menatap tajam kerabatnya. “Saudaraku, semua yang hidup di dunia ini pasti akan mati. Tapi perhatikanlah, tidak semua yang akan mati itu, benar-benar hidup!” ucap sang pejuang sambil tetap menatap tajam kerabatnya.
**
Hidup adalah arena pertarungan antara yang hak dan batil. Pertarungan antara idealisme sebuah kebenaran dengan tuntutan syahwat kemanusiaan. Di situlah, Allah menguji orang-orang beriman dan para aktivis kebenaran: apakah fitrah, nurani, dan jiwa mereka bisa tetap bertahan hidup dalam ruh yang mulia?
Apa yang ingin disampaikan sang pejuang ketika akan berhadapan dengan kematian adalah, ”Saudaraku, hidup bukanlah sekadar bersatunya nyawa dan jasad. Hidup adalah ketika nurani kita bisa tetap konsisten untuk memilih mana yang hak dan mana yang batil, mana kemuliaan dan mana kehinaan?” (muhammadnuh@eramuslim.com)
KENAPA HATI
Hati,
Kenapa bertemu disaat begini
Saat saat kesendirian menghampiri
Hati,
Kenapa harus begini
Mengoyak hati atas prinsip yang ingin kuyakini
Hati,
Kenapa seolah memberi hati
Disaat semua terasa pergi
Hati,
Kenapa selalu samar begini
Padahal ku takmampu mengartikan setiap getaran ini
Hati,
Kenapa seolah engkau peduli
Pdahal bukan sanak, bukan saudari
Hati,
Kenapa selalu ingin bersama
Padahal bukan sepasang sejiwa
Hati,
Kenapa tiba tiba pergi
Padahal hati menunggu disini
Hati,
Kenapa lari
Padahal dahaga ini belum terobati
Hati,
Kenapa selalu datang dan pergi
dan selalu menyisakan luka hati
Hati,
Sebaiknya engkau pergi
Karena aku tak ingin ada sakit lagi
Hati,
Janganlah engkau datang lagi
Biarlah hati sendiri disini
Hati,
Aku ingin kembali
Kembali pada kebenaran sejati yang kuyakini
Hati,
Aku ingin hidup dalam kebenaran sejati
Kebenaran yang datang dari Ilahi
Hati,
Dengan keyakinan ini
Mampukah aku menjaga hati hingga nanti,
Dari hati hati yang silih berganti
Hati,
Bagiku hati itu suci
Harus dijaga, dan dipertanggung jawabkan di hadapan Ilahi
Hati,
Akan kujaga engkau sampai nanti
Dan akan pasrahkan hanya pada dia yang pula menjaga hati
Hati,
Akan tetap kujaga hingga nanti
Hingga datang dia yang juga menjaga hati
Unruk bersama sama, menghadapkan hati pada Illahi
Hati,
Akan kujaga keyakinan ini
Semoga semua halang dan rintang tidak akan menjatuhkan hatiku lagi
Kutulis atas hati hati samar yang seolah tiada henti mengoyak keyakinan...
SBY 28 Nop 2010
Made By : Areyes
Inspired by : Raemawati
Langganan:
Postingan (Atom)