Kamis, 23 Mei 2013
Selasa, 21 Mei 2013
Bergegaslah
Diantara kunci sukses dalam hidup adalah satu, bergegas. Bergegas membuat rencana, bergegas bertindak, bergegas evaluasi dan bergegas semuanya dalam kebaikan.
Semua tentu tahu, amalan yang disukai Allah adalah ibadah di awal waktu. Artinya, jika panggilan ibadah telah datang, maka harus bersegera melaksanakan.
Terutama ketika liburan, saya sering sekali menunda tidur (begadang). Kemudian bangun kesiangan, buru buru sholat subuh karena telat. Dan setelah sholat subuh, biasanya kembali ber malas malasan dan tidak bersegera melakukan sesuatu. Ya entah apapun itu, yang penting melakukan sesuatu dan bermanfaat, atau setidaknya sesuatu yang tidak merugikan orang lain.
Dan ketika liburan atau waktu luang sudah berakhir, selalu kulihat orang orang lain sudah melakukan banyak hal selama liburan atau waktu luang. Dan bisa ditebak, aku hanya bisa iri dan menyesali dengan segala ketidak mampuanku untuk sekedar "bergerak" memanfaatkan waktu waktu luang.
Kadang kita sering merasa ingin melakukan sesuatu, tapi tidak tahu bagaimana caranya, sehingga angan hanya tinggal angan tanpa pelaksanaan. Jadi bila sudah punya angan angan, tapi masih belum tahu apa yang harus dilakukan, maka sebaiknya lakukan saja angan angan itu mulai dari yang bisa dilakukan. Dan ingat, jangan pernah sekali sekali berhenti melakukannya atau melupakannya, ini sangat berbahaya dan mengakibatkan angan angan kita tidak terlaksana. Bila tidak tahu apa apa, maka seiring dengan usaha kita untuk meujudkannya, yakinlah akan datang petunjuk petunjuk, hingga akhirnya kita bisa merealisasikan angan angan kita.
Mari mencoba bersama sama :D
Semua tentu tahu, amalan yang disukai Allah adalah ibadah di awal waktu. Artinya, jika panggilan ibadah telah datang, maka harus bersegera melaksanakan.
Terutama ketika liburan, saya sering sekali menunda tidur (begadang). Kemudian bangun kesiangan, buru buru sholat subuh karena telat. Dan setelah sholat subuh, biasanya kembali ber malas malasan dan tidak bersegera melakukan sesuatu. Ya entah apapun itu, yang penting melakukan sesuatu dan bermanfaat, atau setidaknya sesuatu yang tidak merugikan orang lain.
Dan ketika liburan atau waktu luang sudah berakhir, selalu kulihat orang orang lain sudah melakukan banyak hal selama liburan atau waktu luang. Dan bisa ditebak, aku hanya bisa iri dan menyesali dengan segala ketidak mampuanku untuk sekedar "bergerak" memanfaatkan waktu waktu luang.
Kadang kita sering merasa ingin melakukan sesuatu, tapi tidak tahu bagaimana caranya, sehingga angan hanya tinggal angan tanpa pelaksanaan. Jadi bila sudah punya angan angan, tapi masih belum tahu apa yang harus dilakukan, maka sebaiknya lakukan saja angan angan itu mulai dari yang bisa dilakukan. Dan ingat, jangan pernah sekali sekali berhenti melakukannya atau melupakannya, ini sangat berbahaya dan mengakibatkan angan angan kita tidak terlaksana. Bila tidak tahu apa apa, maka seiring dengan usaha kita untuk meujudkannya, yakinlah akan datang petunjuk petunjuk, hingga akhirnya kita bisa merealisasikan angan angan kita.
Mari mencoba bersama sama :D
Senin, 20 Mei 2013
Minggu, 19 Mei 2013
Belajar Ikhlas 2
Tidak terasa sudah hari Jumat
lagi. Itu berarti sudah sekitar hampir seminggu si Fulan tidak pulang ke rumah.
Terakhir kali Fulan pulang kerumah adalah hari Senin, itupun hanya numpang
tidur, sampai dirumah jam delapan malam, tidur, kemudian esok harinya ia
kembali berangkat pagi pagi sekali.
Karena sudah beberapa waktu tidak
pulang, maka kedua kakak Fulanpun menelepon. Kakak Sulung menayakan kapan Fulan
pulang dalam percakapannya, diikuti dengan himbauan untuk pulang kalau sudah
tidak terlalu sibuk, lengkap dengan penjelasan bahwa kak sulung tidak memaksa
untuk pulang di akhir percakapan. Tapi memang begitulah, tidak kak sulung,
tidak ibu, keduanya sama, sama sama mengatakan tidak memaksa, tapi sesungguhnya
sangat mengharapkan Fulan untuk pulang. Bahkan sampai berkali kali menelopn si
Fulan untuk menanyakan kepulangannya. Tentu saja selalu diakhiri dengan
penjelasan bahwa kak sulung dan ibu tidaklah memaksa Fulan untuk pulang. Selalu
begitu.
Lain lagi dengan kak Laki. Kakak
kedua Fulan ini meniru bapak, lebih tegas dan terbuka dalam mengatakan segala
sesuatu. Dan tentu saja, lebih memaksa, atau setidaknya memerintah. Kak Laki mengatakan
kalimat singkat dalam pembicaraan telepon hari itu, dia bilang bahwa malam nanti
mau pulang kampong, maka disuruhlah Fulan untuk pulang ke rumah, karena kak
Sulung itu orangnya penakut dan tidak berani kalau disuruh sendirian di rumah.
Fulan menjadi kebingungan untuk
memenuhi perintah kak Laki. Disatu sisi Fulan tidak mungkin menolak perintah
kak Laki. Memang sudah cukup lama Fulan tidak pulang, terlebih lagi dalam
keadaan ini ada kak Sulung yang harus ditemani. Beberapa waktu lalu juga, entah
kebetulan atau bukan, tiba tiba seorang murabbi tempat Fulan mengaji menasihati
Fulan untuk lebih memperhatikan keluarga, kasihan keluarga dirumah kalau
ditinggal terus terusan, apalagi seberapapun banyak ilmu yang dimiliki
seseorang, tetaplah tidak berharga jika orang tersebut tidak memiliki akhlak
yang baik, terlebih kepada keluarga sendiri.
Namun disisi lain, Fulan harus
banyak banyak berkonsentrasi pada kuliahnya. Fulan menyadari bahwa dia bukanlah
seorang yang pintar. Bahkan terakhir kali ujian, Fulan mendapatkan nilai yang
paling rendah dikelasnya, bersama dengan segelintir mahasiswa lainnya. Maka dari
itu Fulan berusaha keras untuk bisa mengimbangi teman teman sekelasnya, apalagi
saat ini Fulan harus mengerjakan skripsi. Fulan tidak ingin mengecewakan
keluarga dan orangtuanya. Itulah alasan mengapa belakangan Fulan sering sekali
memilih untuk tidak pulang kerumah dan menginap di kampus. Bahkan, tempo hari
Fulan nekad untuk menyewa sebuah kamar kos, demi untuk lebih konsentrasi pada
kuliah dan skripsinya. Meskipun akhirnya kamar kos tersebut juga jarang
ditempati karena Fulan lebih sering menginap di kampus.
Sudah tidak bisa lagi menghindar,
maka Fulan menjanjikan pada kak Laki untuk pulang mala ini.
Setelah sholat Ashar, seperti biasa
Fulan menghadapi lapotopnya untuk mengerjakan skripsi. Hari ini dia menetapkan
sebuaha target untuk skripsinya. Bila target dapat terpenuhi, maka setidaknya
sudah ada kemajuan yang lumayan pada skripsinya. Maka Fulanpun berusaha keras
untuk bisa menepati target yang telah ia tetapkan sendiri.
Menjelang jam lima sore, Fulan
bersorak keras. “Horeeee, uyeeaah”. Akhirnya target sudah terpenuhi. Setelah beberapa
hari suntuk karena tidak bisa menyelesaikan target tersebut. Bahakan Fulan juga
sudah meminta bantuan teman teman yang terkenal pandai dalam hal ini, namun
hasilnya tetap masih nihil. Tapi entah ada angina pa, tiba tiba Fulan bisa
menyelesaikan target tersebut. Fulan senang bukan main. Maka segeralah Fulan
membereskan laptop, mouse dan segala peralatan yang berserak di mana mana,
kemudian pulang.
Namun sebelum pulangpun Fulan
masih diperolok oleh teman teman. Hey kau, seenaknya saja kau dating pagi pagi,
terus pulang sore hari, lagakmu sudah seperti pegawai kantoran saja. Itu hanya
salah satu saja, dan masih banyak lagi jenis olokan yang lainnya. Ah, tapi
Fulan hanya menganggap itu angin lalu saja. Sudah terlalu sering Fulan menerima
candaan semacam itu (pada akhirnya Fulan menjadi terbiasa dan menganggapnya
sebagai candaan saja). Yah meskipun kadang masih sakit hati, tapi sudahlah,
ikhlaskan saja.
Hari ini, tepat maghrib akhirnya
Fulan sampai juga di rumah. Ternyata kak Laki sudah pulang ke kampong halaman,
tinggal kak Sulung yang dirumah. Tapi tak apalah, setidaknya malam ini kak
Sulung ada teman dirumah sehingga tidak takut lagi.
Karena Fulang pulang, maka
seperti biasa, kak Sulung memasak semua yang ada di kulkas. Memang begitulah
sifat mereka, tidak kak Sulung, tidak juga ibu, selalu saja heboh sendiri kalau
Fulan pulang. Yang masak inilah, masak itulah, dibuatkan ini, dibuatkan itu. Kadang
kadang bahkan Fulan merasa suntuk sendiri dengan tabiat mereka. Ya meskipun
sikap mereka menunjukkan perasaan saying yang besar, tapi laki laki mana yang
bisa nyaman dengan sikap (yang menurut Fulan) berlebihan semacam itu. Tentu tidak
ada (ini masih menurut Fulan).
Baiklah, mala mini untuk keluarga
dahulu. Fulan meyakinkan dirinya sendiri, meskipun sebenarnya masih ada tugas
kuliah yang harus dikerjakan Fulan untuk hari senin, namun Fulan masih menahan
diri dan memilih untuk menemani kak Sulung di rumah.
Sabtu pagi Fulan pamit ke kampus,
tugas untuk hari Senin harus segera dikerjakan. Kali ini kak Sulung berpesan,
kalau memang sudah selesai tugasnya, segeralah pulang. Tentu saja tetap
diakhiri dengan penjelasan bahwa kak Sulung tidaklah memaksa. Tapi memang
begitulah cara kak Sulung mengatakan bahwa Fulan harus segera pulang, dan kalau
bisa sebelum maghrib. Fulan sudah khatam betul dengan sikap kak Sulung yang
satu ini.
Mau tidak mau, suka tidak suka,
bisa tidak bisa, Fulan tetap harus mengerjakan tugas kelompok ini seorang diri.
Ya, meskipun tugas kelompok, namun kedua teman sekelompok Fulan memang tidak
terlalu tanggap terhadap hal hal semacam ini. Semua orang sudah faham betul
sikap mereka itu. Karena itu pula tidak ada yang mau berkelompok dengan mereka,
kecuali terpaksa tentunya. Tapi sudahlah, Fulan sudah berusaha mengikhlaskan
hal itu. Kau tahu kan, berusaha mengikhlaskan itu belum tentu berhasil
mengikhlaskan. Tapi setidaknya Fulan telah berusaha.
Berjam jam sudah Fulan berusaha
mengerjakan tugas ini. Dipelototi, sudah, edit sana sini, sudah, didiskusikan
dengan teman teman yang lain, juga sudah. Namun hasilnya masih belum bisa. Ya,
memang tidak akan bisa sepertinya. Tugas tersebut membutuhkan sebuah alat, satu
kelas hanya dipinjami satu saja alatnya, dan alat tersebut masih dibawa oleh
teman Fulan yang lain. Maka meski sudah dibegini begitukan sejak pagi, tugas
tersebut masih belum beres.
Jam lima sore, Fulan kembali
pulang. Ia tidak ingin mengecewakan kak Sulung yang selama ini berusaha mati
matian membiayai kuliah Fulan di rantau. Meskipun Fulan sangat tidak nyaman,
bahkan jengah dengan keadaan ini, tapi Fulan tetap harus pulang. Memang bolak
balik kerumah, dan sekaligus focus pada perkuliahan bukanlah sesuatu yang mudah
bagi Fulan. Bahakan situasi ini cenderung membuat semangat belajar Fulan
menjadi turun. Tapi sudahlah, Fulan sudah berusaha mengikhlaskan hal itu. Kau tahu
kan, berusaha mengikhlaskan itu belum tentu berhasil mengikhlaskan. Tapi setidaknya
Fulan telah berusaha.
Tanpa diduga duga sebelumnya,
ternyata Minggu pagi ada kegiatan kerja bakti RT. Maka lagi lagi Fulan harus
menunda dahulu keinginannya untuk segera menyelesaikan tugas yang waktunya juga
semakin menipis.
Ternyata kerja bakti kali ini
lain dari biasanya. Biasanya kerja bakti hanya berlangsung sekitar satu dua
jam, tapi kali ini kerja bakti berlangsung sampai siang hari. Kira kira sekitar
duhur. Maka berkuranglah waktu Fulan selama setengah hari untuk mengerjakan
tugas. Tidak sampai begitu saja, setelah kerja bakti, Fulan kelelahan hingga
tertidur sampai sore. Memang sebelumnya Fulan tidak pernah berolah raga, lagi
lagi karena Fulan terlalu terfokus pada kuliah dan skripsinya sehingga kurang
memeperhatikan kesehatannya sendiri.
Rencananya setelah maghrib Fulan
akan ke kampus untuk mengerjakan tugasnya yang belum juga terselesaikan. Waktu sudah
semakin mepet, sudah malam hari dan besok pagi tugas harus dipresentasikan. Namun
ternyata masalah tidak hanya sampai disini saja. Kak Laki yang seharusnya hari
ini sudah sampai di Surabaya ternyata sampai malam hari belum berangkat juga. Itu
artinya malam ini Fulan masih harus menemani kak Sulung dirumah lagi.
Fulan sungguh telah habis akal. Dia
sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa. Disatu sisi ada tugas kuliah yang
harus segera diselesaikan, itupun dengan teman kelompok yang cenderung kurang
peka. Disisi satunya lagi, ada saudara sendiri yaitu kak Sulung yang
membutuhkannya. Waktu sudah semakin mepet, sudah malam dan besok tugas harus
dipresentasikan. Namun Fulan masih harus menemani kak Sulung yang tidak berani
sendirian dirumah. Tapi sudahlah, Fulan sudah berusaha mengikhlaskan hal itu. Kau
tahu kan, berusaha mengikhlaskan itu belum tentu berhasil mengikhlaskan. Tapi setidaknya
Fulan telah berusaha. Entah apapun yang akan terjadi esok, Fulan sudah
terlanjur berusaha mengikhlaskan semuanya.
Memang keikhlasan Fulan tidak
serta merta menyelesaikan masalah yang ada, atau membuat tugas yang Fulan
kerjakan bisa selesai sendiri. Tidak, tentu tidak begitu.
Tapi setidaknya, dengan
keikhlasannya, kini hati dan perasaan Fulan menjadi lebih baik dan siap untuk menghadapi
apapun yang akan terjadi esok hari
sebagai akibat dari semua kejadian sebelumnya.
#NB : Akibat yang terjadi jika
kalian menganggap kisah ini benar benar nyata atau tidak nyata
Kamis, 16 Mei 2013
Streaming Radio Online
Jam 12 malam, masih terjaga sendirian, orang orang lain sudah mulai pulas dibuai mimpi indah. Hanya ada aku, laptop, dan wifi kampus. Jauh kampung halaman, jauh pandang. Sepi dan semua lengang. AC menderu lembut di dinding.
Music Player yang sedari tadi menyala, kini sampai pada playlist bertuliskan "RGS FM PONOROGO". Siaran streaming radio online dari kampung halamanku nun jauh disana. Radio Gema Surya FM Ponorogo, mungkin radio ini salah satu yang terlawas di kampung halamanku.
Sebuah radio lokal, jam 12 malam. Siaran apalah yang bisa diharapkan. Tentu saja hanya ada siaran wayang, atau kalau tidak, siaran musik, tapi musik campursari. Ya begitulah memang kenyataannya. Tapi teman, aku salah satu penggemar wayang kulit loh. Siapa sangka, muda, usia dua dua, dan wayang ? Ohh, tidak. Ya, memang begitulah, mungkin bisa digolongkan manusia langka, atau mungkin juga aneh. Ah sudahlah, aku sudah menerima semua anggapan itu, bahkan menikmatinya.
Tapi teman, mari sedikit merenung. Bapak bapak security, para satpam komplek perumahan kita, sopir travel, sopir bus malam, para bapak polisi, jelas mereka justru menunaikan kewajiban disaat kita semua terlelap pulas. Dan apalah yang menjadi hiburan bagi mereka mereka ? Ya, paling secangkir kopi, gorengan, rokok, kartu, dan radio.
Kalau bukan radio radio semacam ini, lalu apa lagi yang menjadi teman malam bagi mereka. Ya, sederhana sekali, sekedar siaran wayang, atau lagu lagu campursari, atau kasidah. Memang sederhana. Tapi itulah yang menjadi teman teman para "manusia malam", yang juga karenanya hari hari berjalan baik selagi kita terlelap dibuai mimpi.
Siaran radio malam malam yang mungkin kita anggap tidak berguna.
Bisa jadi sangat berharga bagi orang orang lain disana.
Ya Rabb, terima kasih atas nikmatMu
Selasa, 14 Mei 2013
Menelepon Ibuk
Duh, ini urusan bikin program kok ndak kelar kelar ya. Dipikirin, sudah. Dipantengin, juga sudah. Diperbaiki, sudah juga. Edit sana, hapus sini, apalagi. Tapi kok masih saja belum bisa. Katanya Pak Anis Matta (itu tuh, pak ketuanya PeKaEs), kalau kita ketemu masalah sulit dan ndak tau mau apa lagi, sudah pantengin aja, pikirin terus, bayangin terus, pas bangun, pas mau tidur, pas ke kamar mandi, pas makan, bayangkan terus, nanti inspirasi akan datang.Tapi ini rahasia kita saja ya :D
Baiklah sudah pusing, bingung. Lihat telepon di deket laptop. Waaaah, bagaimana kalau telepon ibuk saja :D. Sudah dua mingguan ini tidak pulang ke rumah, pasti ibuk kangen. Sebenarnya, aku sih yang lebih kangen. Heehehe.
Tapi, kalau telepon ibuk, mau ngomong tentang apa ya ? Aku bukan seorang yang pinter membuka omongan, ngobrol ngobrol akrab. Bahkan dengan ibuk sendiri. NB : Ini memalukan, jadi sifat ini jangan ditiru ya.
Baiklah, telepon saja. Pura pura tanya soal e-KTP yang minggu lalu belum tak ambil. Padahal sebenarnya kangen dan pengen ngobrol sama ibuk saja sih, ndak ada alasan lain. Habis itu pura pura lagi tanya tentang nasib bibit jamur jamur yang kemarin baru dibeli. Setelah itu,semoga aku mampu untuk bercanda canda, sekedar biar obrolan telepon ibi lebih lama, dan artinya, juga bisa semakin lama mendengar suara ibuk.
Telepon tersambung. Muncul suara ibuk dari jauh sana, ya kira kira enam jam perjalanan darat, tapi cukup beberapa milidetik perjalanan sinyal. Mulai dari pertanyaan e-KTP. Tapi jawabannya selesai dalam satu kalimat, iya KTP yang baru sudah dititipkan mbakmu, tunggu saja. Busyeeet, maunya ngobrol lama lama, tapi kok begini.
Langsung topik kedua, bibit bibit jamur. Buk bagaimana bibit jamurnya ? Sudah tumbuh ?. Dan lagi lagi, tuntas jawabannya dalam satu kalimat, bibitnya belum tumbuh. DUh gimana ni. Topik sudah habis.
Gantian ibuk yang tanya sekarang. Kamu tadi sudah makan belum ?. Sudah buk. Lauknya apa ?. Ikan buk (biar lauk tempe juga, aku tetep jawab lauknya ikan kasian kalau ibuk nanti sedih tau aku makan cuma tempe). Ikan apa ? Aku belum sempat menjawab, ibuk sudah nyerocos duluan. Pasti ikan mati ya ??. Ha ? Aku kaget. Ya iyalah, kalau ikannya masih hidup, terus digoreng, memangnya kamu mau apa ???
Hahaha. Aku cengar cengir sendiri.
Maka selesailah sudah sebuah percakapan (atau mungkin lebih tepat disebut candaan) ini. Percakapan yang akhirnya jadi lucu dan panjang gara gara ibuk yang pinter bercanda.
Memang berbicara dengan ibuk yang jauh disana tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada, atau membuat program program yang aku kerjakan bisa selesai sendiri. Tidak, tentu tidak begitu.
Tapi setidaknya, setelah bercanda canda dengan ibuk, kini hati dan perasaanku menjadi lebih baik dan siap untuk kembali mengerjakan kewajiban beserta masalah masalahnya.
#NB: Selamat menelepon ibuk kalian masing masing :D
Akan lebih baik lagi kalau meneleponnya rutin ya :D
Jumat, 10 Mei 2013
Mutiara Nasihat
"Jangan lewatkan harimu tanpa keinginan untuk menjadi lebih baik"
_Moderator Youth Engineerings and Scientists Summit_
Kalau tidak salah, nama bapak moderatornya tadi adalah padk Arif Herman Sasongko
_Moderator Youth Engineerings and Scientists Summit_
Kalau tidak salah, nama bapak moderatornya tadi adalah padk Arif Herman Sasongko
Belajar Ikhlas 1
Disemester
delapan ini mata kuliah tinggal sedikit. Sehingga UTS (Ujian Tengah Semester)
sudah selesai hanya dalam dua hari, Senin dan Selasa. Mumpung ada jeda sampai
Sabtu depan, maka kuputuskan untuk pulang kampong, sekalian mengurus
perpanjangan SIM dan mengambil e-KTP. Karena ada beberapa kesibukan yang harus
diselesaikan, maka Rabu pagi aku baru bisa pulang. Rencananya hari Jumat aku
harus kembali lagi ke kampus, karena Sabtu ada jadwal tes TOEFL.
Sampai
di kota kelahiran, aku langsung menuju kantor samsat dengan maksud untuk segera
mengurus perpanjangan SIM. Tapi kok sepi ya. Hanya ada beberapa sepeda motor
terparkir disana. Saat itu sekitar jam setengah satu siang. Baiklah, sekalian
bertanya tanya kuputuskan untuk fotokopi KTP dulu. Disebuah temapt yang
sepertinya masih satu gedung dengan samsat. Nampak mas mas fotokopinya juga
menggunakan seragam.
Akaupun
bertanya, “Mas, kalau mau perpanjangan SIM disini ya ? Tapi kok kelihatannya
sepi”
Kemudian
masnya menjawab : “Iya disini mas, tapi sudah tutup. Jam operasinya kan hanya
sampai jam dua belas siang”
“Gila,
ini kantor pelayanan umum macam apa, buka cuma sampai jam dua belas siang.
Kantor kelurahan saja jam dua siang masih mau melayani”. Aku menggerutu dalam
hati.
“Yasudah
mas, terima kasih banya”. Aku berusaha tersenyum sebaik mungkin meski jengkel
luar biasa.
Baiklah
jadwal terpaksa mundur, besok saja ngurus SIM, pagi pagi sekali. Harus.
###
Baiklah
pagi ini, segera mandi, lalu berangkat ke kantor SAMSAT. Ambil handuk, masuk
kamar mandi. Tapi belum adan dua menit aku di dalam kamar mandi, ibu sudah
manggil manggil.
“Riiis,
Riiis. Keluarlah dulu sebentar. Pentiiing”. Begitu kata ibu
“Buseeet,
memang penting banget ya. Belum juga pakai sabun, sudah disuruh keluar aja”.
Aku menggerutu dalam hati.
Aku
segera keluar, dan kulihat ibu sudah sibuk menurunkan baglog jamur dengan dua orang pria. Ooh, ternyata baglog jamur pesanan ibu kemarin sudah
datang. Mau bagaimana lagi, aku segera membantu mereka menurunkan lima ratus baglog jamur tersebut dari truk. Gila,
banyak sekali ternyata, jam sembilan siang prosesi angkat angkat ini baru
selesai. Dan badan bau keringat. Tapi jangan harap pekerjaan selesai, ini baru
menurunkan baglog dari truk, belum
memasukkannya ke kumbung jamur.
Baiklah,
istirahat sebentar. Lalu mandi, terus segera mengurus SIM, sudah jam sepuluh,
jangan sampai terlambat seperti kemarin.
Selesai
mandi, ternyata ada mas mas dating ke rumah. Entahlah, wajahnya sama sekali aku
tidak kenal. Dan lagi lagi ibu menyuruhku menemuinya.
“Duuuuh,
siapa sih ni orang, ganggu aja kerjanya. Ndak tau apa ya, aku lagi buru buru”.
Aku menggerutu lagi.
Baiklah,
kutemui saja. Ternyata orang itu adalah mas mas yang menjual baglog jamur tadi. Memang sengaja
uangnya tidak diberikan langsung oleh ibu, biar jelas dan ketemu sendiri antara
penjual dan pembeli, begitu mungkin pikiran ibu.
Celakanya,
ini mas mas banyak banget yang diceritakan. Ngobrol kesana kemari, dari a
sampai z, sampai balik ke a lagi, dan berakhir di z lagi. Padahal uangnya sudah
kuberikan, tapi kok ndak pamit pamit ya ini orang. Duh.
Setelah
beberapa lama ngobrol hal hal yang tidak karuan, akhirnya ini mas mas pamit
juga. Ahhh, legaaa. Tapi masalah muncul lagi, buset sekarang sudah jam sebelas.
Kalau aku langsung berangkat sekarang untuk mengurus SIM, minimal butuh tiga
puluh menit untuk sampai di lokasi. Berarti jam setengah dua belas. Padahal jam
dua belas kantornya sudah tutup. Belum lagi harus tes kesehatan untuk syarat
perpanjangan SIMnya. Aaarrrgh, kenapa sial sekali hari ini.
Jadwal
terpaksa diundur lagi. Jumat baru bisa ngurus SIMnya. Akupun mulai kebingungan.
Sabtu sudah harus di kampus untuk tes TOEFL, tapi Jumat juga masih harus ngurus
SIM. Ah kenapa sial sekali aku ini.
Karena
sudah marah, bingung, dan kesal setengah mati. Akhirnya beberapa waktu
kuhabiskan hanya untuk menonton televise, main Facebook lewat handphone
ataupun mengirim sms yang tidak jelas kepada teman temanku.
Melihat
aku hanya bengong didepan televise, ibu kembali memanggil.
“Ris
kesini sebentar, bantu ibu mindah kulkas”. Begitu panggilnya
Aduh,
hai, tidak cukupkah seharian ini jadwalku sudah berantakan gara gara membantu
ibu. Aku menggerutu, namun tak terucap. Tapi disisi lain, mana mungkin aku
biarkan ibu memindah sendiri kulkas yang jelas berat itu. Padahal bapak juga
sedang keluar.
Baiklah
baiklah, aku anakmu siap membantumu ibu.
Ditengah
pekerjaan memindah kulkas, ibu bertanya. “Loh, kamu tadi tidak jadi ngurus SIM
ya ?”
Aku
hanya diam. Bagaimana sempat aku melakukannya, dari pagi sampai siang begini
harus ikut sibuk dengan urusan angkat angkat baglog jamur-lah, mindah mindah kulkas-lah, dan masih juga harus
menata baglog jamur tadi di
kumbungnya. Semua keluhan seolah mau muntah keluar, namun tertahan.
Kalau
sudah diam begini, ibu langsung tahu kalau ada masalah. “waduh, kalau tau
begitu. Tadi ibu tidak mau minta tolong”. Ibu membela, tanda penyesalan.
Selalu
saja begitu. Dari dulu sampai sekarang, mana pernah aku bisa tenang mengerjakan
urusanku kalau dirumah. Selalu saja ada ini itu, suruh begini, suruh begitu,
minta tolong ini, minta tolong itu. Tapi mana mungkin juga akan kutolak
perintah ibu. Ibu yang setiap hari sudah pasti bekerja keras untukku. Meski aku
tahu, meski juga aku tidak pernah tahu. Entahlah.
Aku
benar benar ingin marah. Tapi marah pada siapa ? Apakah mungkin aku mau marah
pada ibu ?
Entahlah,
aku benci semua keadaan ini. Tapi aku juga harus menjalaninya.
Semoga
esok hari, semua urusan ini bisa beres. Itu saja. Aaamiiin
NB : Kisah ini sama sekali tidak bermaksud untuk membenarkan kita untuk mengeluh. Hanya saja, menurut saya, kesulitan memang selalu terjadi. Dan kita selalu memiliki dua pilihan untuk menghadapinya, mau mengeluh, atau mau tetap ikhlas dan bersyukur....
NB : Kisah ini sama sekali tidak bermaksud untuk membenarkan kita untuk mengeluh. Hanya saja, menurut saya, kesulitan memang selalu terjadi. Dan kita selalu memiliki dua pilihan untuk menghadapinya, mau mengeluh, atau mau tetap ikhlas dan bersyukur....
Langganan:
Postingan (Atom)