Kamis, 23 Mei 2013

...

Saat letih dan lelah melanda, maka mari mengingat kembali cita cita....

Selasa, 21 Mei 2013

Bergegaslah

Diantara kunci sukses dalam hidup adalah satu, bergegas. Bergegas membuat rencana, bergegas bertindak, bergegas evaluasi dan bergegas semuanya dalam kebaikan.

Semua tentu tahu, amalan yang disukai Allah adalah ibadah di awal waktu. Artinya, jika panggilan ibadah telah datang, maka harus bersegera melaksanakan.

Terutama ketika liburan, saya sering sekali menunda tidur (begadang). Kemudian bangun kesiangan, buru buru sholat subuh karena telat. Dan setelah sholat subuh, biasanya kembali ber malas malasan dan tidak bersegera melakukan sesuatu. Ya entah apapun itu, yang penting melakukan sesuatu dan bermanfaat, atau setidaknya sesuatu yang tidak merugikan orang lain.

Dan ketika liburan atau waktu luang sudah berakhir, selalu kulihat orang orang lain sudah melakukan banyak hal selama liburan atau waktu luang. Dan bisa ditebak, aku hanya bisa iri dan menyesali dengan segala ketidak mampuanku untuk sekedar "bergerak" memanfaatkan waktu waktu luang.

Kadang kita sering merasa ingin melakukan sesuatu, tapi tidak tahu bagaimana caranya, sehingga angan hanya tinggal angan tanpa pelaksanaan. Jadi bila sudah punya angan angan, tapi masih belum tahu apa yang harus dilakukan, maka sebaiknya lakukan saja angan angan itu mulai dari yang bisa dilakukan. Dan ingat, jangan pernah sekali sekali berhenti melakukannya atau melupakannya, ini sangat berbahaya dan mengakibatkan angan angan kita tidak terlaksana. Bila tidak tahu apa apa, maka seiring dengan usaha kita untuk meujudkannya, yakinlah akan datang petunjuk petunjuk, hingga akhirnya kita bisa merealisasikan angan angan kita.

Mari mencoba bersama sama :D

Senin, 20 Mei 2013

Jika kau adalah seorang yang lemah, maka jangan pernah berharap segalanya akan berjalan mudah.

Kau tahu, semua ini memang menyakitkan. Tapi memang beginilah kenyataan

Minggu, 19 Mei 2013

Belajar Ikhlas 2



Tidak terasa sudah hari Jumat lagi. Itu berarti sudah sekitar hampir seminggu si Fulan tidak pulang ke rumah. Terakhir kali Fulan pulang kerumah adalah hari Senin, itupun hanya numpang tidur, sampai dirumah jam delapan malam, tidur, kemudian esok harinya ia kembali berangkat pagi pagi sekali.

Karena sudah beberapa waktu tidak pulang, maka kedua kakak Fulanpun menelepon. Kakak Sulung menayakan kapan Fulan pulang dalam percakapannya, diikuti dengan himbauan untuk pulang kalau sudah tidak terlalu sibuk, lengkap dengan penjelasan bahwa kak sulung tidak memaksa untuk pulang di akhir percakapan. Tapi memang begitulah, tidak kak sulung, tidak ibu, keduanya sama, sama sama mengatakan tidak memaksa, tapi sesungguhnya sangat mengharapkan Fulan untuk pulang. Bahkan sampai berkali kali menelopn si Fulan untuk menanyakan kepulangannya. Tentu saja selalu diakhiri dengan penjelasan bahwa kak sulung dan ibu tidaklah memaksa Fulan untuk pulang. Selalu begitu.

Lain lagi dengan kak Laki. Kakak kedua Fulan ini meniru bapak, lebih tegas dan terbuka dalam mengatakan segala sesuatu. Dan tentu saja, lebih memaksa, atau setidaknya memerintah. Kak Laki mengatakan kalimat singkat dalam pembicaraan telepon hari itu, dia bilang bahwa malam nanti mau pulang kampong, maka disuruhlah Fulan untuk pulang ke rumah, karena kak Sulung itu orangnya penakut dan tidak berani kalau disuruh sendirian di rumah.

Fulan menjadi kebingungan untuk memenuhi perintah kak Laki. Disatu sisi Fulan tidak mungkin menolak perintah kak Laki. Memang sudah cukup lama Fulan tidak pulang, terlebih lagi dalam keadaan ini ada kak Sulung yang harus ditemani. Beberapa waktu lalu juga, entah kebetulan atau bukan, tiba tiba seorang murabbi tempat Fulan mengaji menasihati Fulan untuk lebih memperhatikan keluarga, kasihan keluarga dirumah kalau ditinggal terus terusan, apalagi seberapapun banyak ilmu yang dimiliki seseorang, tetaplah tidak berharga jika orang tersebut tidak memiliki akhlak yang baik, terlebih kepada keluarga sendiri.

Namun disisi lain, Fulan harus banyak banyak berkonsentrasi pada kuliahnya. Fulan menyadari bahwa dia bukanlah seorang yang pintar. Bahkan terakhir kali ujian, Fulan mendapatkan nilai yang paling rendah dikelasnya, bersama dengan segelintir mahasiswa lainnya. Maka dari itu Fulan berusaha keras untuk bisa mengimbangi teman teman sekelasnya, apalagi saat ini Fulan harus mengerjakan skripsi. Fulan tidak ingin mengecewakan keluarga dan orangtuanya. Itulah alasan mengapa belakangan Fulan sering sekali memilih untuk tidak pulang kerumah dan menginap di kampus. Bahkan, tempo hari Fulan nekad untuk menyewa sebuah kamar kos, demi untuk lebih konsentrasi pada kuliah dan skripsinya. Meskipun akhirnya kamar kos tersebut juga jarang ditempati karena Fulan lebih sering menginap di kampus.

Sudah tidak bisa lagi menghindar, maka Fulan menjanjikan pada kak Laki untuk pulang mala ini.

Setelah sholat Ashar, seperti biasa Fulan menghadapi lapotopnya untuk mengerjakan skripsi. Hari ini dia menetapkan sebuaha target untuk skripsinya. Bila target dapat terpenuhi, maka setidaknya sudah ada kemajuan yang lumayan pada skripsinya. Maka Fulanpun berusaha keras untuk bisa menepati target yang telah ia tetapkan sendiri.

Menjelang jam lima sore, Fulan bersorak keras. “Horeeee, uyeeaah”. Akhirnya target sudah terpenuhi. Setelah beberapa hari suntuk karena tidak bisa menyelesaikan target tersebut. Bahakan Fulan juga sudah meminta bantuan teman teman yang terkenal pandai dalam hal ini, namun hasilnya tetap masih nihil. Tapi entah ada angina pa, tiba tiba Fulan bisa menyelesaikan target tersebut. Fulan senang bukan main. Maka segeralah Fulan membereskan laptop, mouse dan segala peralatan yang berserak di mana mana, kemudian pulang.

Namun sebelum pulangpun Fulan masih diperolok oleh teman teman. Hey kau, seenaknya saja kau dating pagi pagi, terus pulang sore hari, lagakmu sudah seperti pegawai kantoran saja. Itu hanya salah satu saja, dan masih banyak lagi jenis olokan yang lainnya. Ah, tapi Fulan hanya menganggap itu angin lalu saja. Sudah terlalu sering Fulan menerima candaan semacam itu (pada akhirnya Fulan menjadi terbiasa dan menganggapnya sebagai candaan saja). Yah meskipun kadang masih sakit hati, tapi sudahlah, ikhlaskan saja.

Hari ini, tepat maghrib akhirnya Fulan sampai juga di rumah. Ternyata kak Laki sudah pulang ke kampong halaman, tinggal kak Sulung yang dirumah. Tapi tak apalah, setidaknya malam ini kak Sulung ada teman dirumah sehingga tidak takut lagi.

Karena Fulang pulang, maka seperti biasa, kak Sulung memasak semua yang ada di kulkas. Memang begitulah sifat mereka, tidak kak Sulung, tidak juga ibu, selalu saja heboh sendiri kalau Fulan pulang. Yang masak inilah, masak itulah, dibuatkan ini, dibuatkan itu. Kadang kadang bahkan Fulan merasa suntuk sendiri dengan tabiat mereka. Ya meskipun sikap mereka menunjukkan perasaan saying yang besar, tapi laki laki mana yang bisa nyaman dengan sikap (yang menurut Fulan) berlebihan semacam itu. Tentu tidak ada (ini masih menurut Fulan).

Baiklah, mala mini untuk keluarga dahulu. Fulan meyakinkan dirinya sendiri, meskipun sebenarnya masih ada tugas kuliah yang harus dikerjakan Fulan untuk hari senin, namun Fulan masih menahan diri dan memilih untuk menemani kak Sulung di rumah.

Sabtu pagi Fulan pamit ke kampus, tugas untuk hari Senin harus segera dikerjakan. Kali ini kak Sulung berpesan, kalau memang sudah selesai tugasnya, segeralah pulang. Tentu saja tetap diakhiri dengan penjelasan bahwa kak Sulung tidaklah memaksa. Tapi memang begitulah cara kak Sulung mengatakan bahwa Fulan harus segera pulang, dan kalau bisa sebelum maghrib. Fulan sudah khatam betul dengan sikap kak Sulung yang satu ini.

Mau tidak mau, suka tidak suka, bisa tidak bisa, Fulan tetap harus mengerjakan tugas kelompok ini seorang diri. Ya, meskipun tugas kelompok, namun kedua teman sekelompok Fulan memang tidak terlalu tanggap terhadap hal hal semacam ini. Semua orang sudah faham betul sikap mereka itu. Karena itu pula tidak ada yang mau berkelompok dengan mereka, kecuali terpaksa tentunya. Tapi sudahlah, Fulan sudah berusaha mengikhlaskan hal itu. Kau tahu kan, berusaha mengikhlaskan itu belum tentu berhasil mengikhlaskan. Tapi setidaknya Fulan telah berusaha.

Berjam jam sudah Fulan berusaha mengerjakan tugas ini. Dipelototi, sudah, edit sana sini, sudah, didiskusikan dengan teman teman yang lain, juga sudah. Namun hasilnya masih belum bisa. Ya, memang tidak akan bisa sepertinya. Tugas tersebut membutuhkan sebuah alat, satu kelas hanya dipinjami satu saja alatnya, dan alat tersebut masih dibawa oleh teman Fulan yang lain. Maka meski sudah dibegini begitukan sejak pagi, tugas tersebut masih belum beres.

Jam lima sore, Fulan kembali pulang. Ia tidak ingin mengecewakan kak Sulung yang selama ini berusaha mati matian membiayai kuliah Fulan di rantau. Meskipun Fulan sangat tidak nyaman, bahkan jengah dengan keadaan ini, tapi Fulan tetap harus pulang. Memang bolak balik kerumah, dan sekaligus focus pada perkuliahan bukanlah sesuatu yang mudah bagi Fulan. Bahakan situasi ini cenderung membuat semangat belajar Fulan menjadi turun. Tapi sudahlah, Fulan sudah berusaha mengikhlaskan hal itu. Kau tahu kan, berusaha mengikhlaskan itu belum tentu berhasil mengikhlaskan. Tapi setidaknya Fulan telah berusaha.

Tanpa diduga duga sebelumnya, ternyata Minggu pagi ada kegiatan kerja bakti RT. Maka lagi lagi Fulan harus menunda dahulu keinginannya untuk segera menyelesaikan tugas yang waktunya juga semakin menipis.

Ternyata kerja bakti kali ini lain dari biasanya. Biasanya kerja bakti hanya berlangsung sekitar satu dua jam, tapi kali ini kerja bakti berlangsung sampai siang hari. Kira kira sekitar duhur. Maka berkuranglah waktu Fulan selama setengah hari untuk mengerjakan tugas. Tidak sampai begitu saja, setelah kerja bakti, Fulan kelelahan hingga tertidur sampai sore. Memang sebelumnya Fulan tidak pernah berolah raga, lagi lagi karena Fulan terlalu terfokus pada kuliah dan skripsinya sehingga kurang memeperhatikan kesehatannya sendiri.

Rencananya setelah maghrib Fulan akan ke kampus untuk mengerjakan tugasnya yang belum juga terselesaikan. Waktu sudah semakin mepet, sudah malam hari dan besok pagi tugas harus dipresentasikan. Namun ternyata masalah tidak hanya sampai disini saja. Kak Laki yang seharusnya hari ini sudah sampai di Surabaya ternyata sampai malam hari belum berangkat juga. Itu artinya malam ini Fulan masih harus menemani kak Sulung dirumah lagi.

Fulan sungguh telah habis akal. Dia sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa. Disatu sisi ada tugas kuliah yang harus segera diselesaikan, itupun dengan teman kelompok yang cenderung kurang peka. Disisi satunya lagi, ada saudara sendiri yaitu kak Sulung yang membutuhkannya. Waktu sudah semakin mepet, sudah malam dan besok tugas harus dipresentasikan. Namun Fulan masih harus menemani kak Sulung yang tidak berani sendirian dirumah. Tapi sudahlah, Fulan sudah berusaha mengikhlaskan hal itu. Kau tahu kan, berusaha mengikhlaskan itu belum tentu berhasil mengikhlaskan. Tapi setidaknya Fulan telah berusaha. Entah apapun yang akan terjadi esok, Fulan sudah terlanjur berusaha mengikhlaskan semuanya.

Memang keikhlasan Fulan tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada, atau membuat tugas yang Fulan kerjakan bisa selesai sendiri. Tidak, tentu tidak begitu.

Tapi setidaknya, dengan keikhlasannya, kini hati dan perasaan Fulan menjadi lebih baik dan siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi esok hari  sebagai akibat dari semua kejadian sebelumnya.

#NB : Akibat yang terjadi jika kalian menganggap kisah ini benar benar nyata atau tidak nyata

Kamis, 16 Mei 2013

Streaming Radio Online

Jam 12 malam, masih terjaga sendirian, orang orang lain sudah mulai pulas dibuai mimpi indah. Hanya ada aku, laptop, dan wifi kampus. Jauh kampung halaman, jauh pandang. Sepi dan semua lengang. AC menderu lembut di dinding.

Music Player yang sedari tadi menyala, kini sampai pada playlist bertuliskan "RGS FM PONOROGO". Siaran streaming radio online dari kampung halamanku nun jauh disana. Radio Gema Surya FM Ponorogo, mungkin radio ini salah satu yang terlawas di kampung halamanku.



Sebuah radio lokal, jam 12 malam. Siaran apalah yang bisa diharapkan. Tentu saja hanya ada siaran wayang, atau kalau tidak, siaran musik, tapi musik campursari. Ya begitulah memang kenyataannya. Tapi teman, aku salah satu penggemar wayang kulit loh. Siapa sangka, muda, usia dua dua, dan wayang ? Ohh, tidak. Ya, memang begitulah, mungkin bisa digolongkan manusia langka, atau mungkin juga aneh. Ah sudahlah, aku sudah menerima semua anggapan itu, bahkan menikmatinya.

Tapi teman, mari sedikit merenung. Bapak bapak security, para satpam komplek perumahan kita, sopir travel, sopir bus malam, para bapak polisi, jelas mereka justru menunaikan kewajiban disaat kita semua terlelap pulas. Dan apalah yang menjadi hiburan bagi mereka mereka ? Ya, paling secangkir kopi, gorengan, rokok, kartu, dan radio.

Kalau bukan radio radio semacam ini, lalu apa lagi yang menjadi teman malam bagi mereka. Ya, sederhana sekali, sekedar siaran wayang, atau lagu lagu campursari, atau kasidah. Memang sederhana. Tapi itulah yang menjadi teman teman para "manusia malam", yang juga karenanya hari hari berjalan baik selagi kita terlelap dibuai mimpi.

Siaran radio malam malam yang mungkin kita anggap tidak berguna.
Bisa jadi sangat berharga bagi orang orang lain disana.

Ya Rabb, terima kasih atas nikmatMu

Selasa, 14 Mei 2013

Menelepon Ibuk

Duh, ini urusan bikin program kok ndak kelar kelar ya. Dipikirin, sudah. Dipantengin, juga sudah. Diperbaiki, sudah juga. Edit sana, hapus sini, apalagi. Tapi kok masih saja belum bisa. Katanya Pak Anis Matta (itu tuh, pak ketuanya PeKaEs), kalau kita ketemu masalah sulit dan ndak tau mau apa lagi, sudah pantengin aja, pikirin terus, bayangin terus, pas bangun, pas mau tidur, pas ke kamar mandi, pas makan, bayangkan terus, nanti inspirasi akan datang.Tapi ini rahasia kita saja ya :D

Baiklah sudah pusing, bingung. Lihat telepon di deket laptop. Waaaah, bagaimana kalau telepon ibuk saja :D. Sudah dua mingguan ini tidak pulang ke rumah, pasti ibuk kangen. Sebenarnya, aku sih yang lebih kangen. Heehehe.

Tapi, kalau telepon ibuk, mau ngomong tentang apa ya ? Aku bukan seorang yang pinter membuka omongan, ngobrol ngobrol akrab. Bahkan dengan ibuk sendiri. NB : Ini memalukan, jadi sifat ini jangan ditiru ya.

Baiklah, telepon saja. Pura pura tanya soal e-KTP yang minggu lalu belum tak ambil. Padahal sebenarnya kangen dan pengen ngobrol sama ibuk saja sih, ndak ada alasan lain. Habis itu pura pura lagi tanya tentang nasib bibit jamur jamur yang kemarin baru dibeli. Setelah itu,semoga aku mampu untuk bercanda canda, sekedar biar obrolan telepon ibi lebih lama, dan artinya, juga bisa semakin lama mendengar suara ibuk.

Telepon tersambung. Muncul suara ibuk dari jauh sana, ya kira kira enam jam  perjalanan darat, tapi cukup beberapa milidetik perjalanan sinyal. Mulai dari pertanyaan e-KTP. Tapi jawabannya selesai dalam satu kalimat, iya KTP yang baru sudah dititipkan mbakmu, tunggu saja. Busyeeet, maunya ngobrol lama lama, tapi kok begini.

Langsung topik kedua, bibit bibit jamur. Buk bagaimana bibit jamurnya ? Sudah tumbuh ?. Dan lagi lagi, tuntas jawabannya dalam satu kalimat, bibitnya belum tumbuh. DUh gimana ni. Topik sudah habis.

Gantian ibuk yang tanya sekarang. Kamu tadi sudah makan belum ?. Sudah buk. Lauknya apa ?. Ikan buk (biar lauk tempe juga, aku tetep jawab lauknya ikan kasian kalau ibuk nanti sedih tau aku makan cuma tempe). Ikan apa ? Aku belum sempat menjawab, ibuk sudah nyerocos duluan. Pasti ikan mati ya ??. Ha ? Aku kaget. Ya iyalah, kalau ikannya masih hidup, terus digoreng, memangnya kamu mau apa ???
Hahaha. Aku cengar cengir sendiri.

Maka selesailah sudah sebuah percakapan (atau mungkin lebih tepat disebut candaan) ini. Percakapan yang akhirnya jadi lucu dan panjang gara gara ibuk yang pinter bercanda.

Memang berbicara dengan ibuk yang jauh disana tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada, atau membuat program program yang aku kerjakan bisa selesai sendiri. Tidak, tentu tidak begitu.

Tapi setidaknya, setelah bercanda canda dengan ibuk, kini hati dan perasaanku menjadi lebih baik dan siap untuk kembali mengerjakan kewajiban beserta masalah masalahnya.


#NB: Selamat menelepon ibuk kalian masing masing :D
Akan lebih baik lagi kalau meneleponnya rutin ya :D




Jumat, 10 Mei 2013

Mutiara Nasihat

"Jangan lewatkan harimu tanpa keinginan untuk menjadi lebih baik"

_Moderator Youth Engineerings and Scientists Summit_


Kalau tidak salah, nama bapak moderatornya tadi adalah padk Arif Herman Sasongko

Belajar Ikhlas 1

Disemester delapan ini mata kuliah tinggal sedikit. Sehingga UTS (Ujian Tengah Semester) sudah selesai hanya dalam dua hari, Senin dan Selasa. Mumpung ada jeda sampai Sabtu depan, maka kuputuskan untuk pulang kampong, sekalian mengurus perpanjangan SIM dan mengambil e-KTP. Karena ada beberapa kesibukan yang harus diselesaikan, maka Rabu pagi aku baru bisa pulang. Rencananya hari Jumat aku harus kembali lagi ke kampus, karena Sabtu ada jadwal tes TOEFL.

Sampai di kota kelahiran, aku langsung menuju kantor samsat dengan maksud untuk segera mengurus perpanjangan SIM. Tapi kok sepi ya. Hanya ada beberapa sepeda motor terparkir disana. Saat itu sekitar jam setengah satu siang. Baiklah, sekalian bertanya tanya kuputuskan untuk fotokopi KTP dulu. Disebuah temapt yang sepertinya masih satu gedung dengan samsat. Nampak mas mas fotokopinya juga menggunakan seragam.

Akaupun bertanya, “Mas, kalau mau perpanjangan SIM disini ya ? Tapi kok kelihatannya sepi”

Kemudian masnya menjawab : “Iya disini mas, tapi sudah tutup. Jam operasinya kan hanya sampai jam dua belas siang”

“Gila, ini kantor pelayanan umum macam apa, buka cuma sampai jam dua belas siang. Kantor kelurahan saja jam dua siang masih mau melayani”. Aku menggerutu dalam hati.

“Yasudah mas, terima kasih banya”. Aku berusaha tersenyum sebaik mungkin meski jengkel luar biasa.

Baiklah jadwal terpaksa mundur, besok saja ngurus SIM, pagi pagi sekali. Harus.
###

Baiklah pagi ini, segera mandi, lalu berangkat ke kantor SAMSAT. Ambil handuk, masuk kamar mandi. Tapi belum adan dua menit aku di dalam kamar mandi, ibu sudah manggil manggil. 

“Riiis, Riiis. Keluarlah dulu sebentar. Pentiiing”. Begitu kata ibu

“Buseeet, memang penting banget ya. Belum juga pakai sabun, sudah disuruh keluar aja”. Aku menggerutu dalam hati.

Aku segera keluar, dan kulihat ibu sudah sibuk menurunkan baglog jamur dengan dua orang pria. Ooh, ternyata baglog jamur pesanan ibu kemarin sudah datang. Mau bagaimana lagi, aku segera membantu mereka menurunkan lima ratus baglog jamur tersebut dari truk. Gila, banyak sekali ternyata, jam sembilan siang prosesi angkat angkat ini baru selesai. Dan badan bau keringat. Tapi jangan harap pekerjaan selesai, ini baru menurunkan baglog dari truk, belum memasukkannya ke kumbung jamur.

Baiklah, istirahat sebentar. Lalu mandi, terus segera mengurus SIM, sudah jam sepuluh, jangan sampai terlambat seperti kemarin. 

Selesai mandi, ternyata ada mas mas dating ke rumah. Entahlah, wajahnya sama sekali aku tidak kenal. Dan lagi lagi ibu menyuruhku menemuinya. 

“Duuuuh, siapa sih ni orang, ganggu aja kerjanya. Ndak tau apa ya, aku lagi buru buru”. Aku menggerutu lagi.

Baiklah, kutemui saja. Ternyata orang itu adalah mas mas yang menjual baglog jamur tadi. Memang sengaja uangnya tidak diberikan langsung oleh ibu, biar jelas dan ketemu sendiri antara penjual dan pembeli, begitu mungkin pikiran ibu. 

Celakanya, ini mas mas banyak banget yang diceritakan. Ngobrol kesana kemari, dari a sampai z, sampai balik ke a lagi, dan berakhir di z lagi. Padahal uangnya sudah kuberikan, tapi kok ndak pamit pamit ya ini orang. Duh. 

Setelah beberapa lama ngobrol hal hal yang tidak karuan, akhirnya ini mas mas pamit juga. Ahhh, legaaa. Tapi masalah muncul lagi, buset sekarang sudah jam sebelas. Kalau aku langsung berangkat sekarang untuk mengurus SIM, minimal butuh tiga puluh menit untuk sampai di lokasi. Berarti jam setengah dua belas. Padahal jam dua belas kantornya sudah tutup. Belum lagi harus tes kesehatan untuk syarat perpanjangan SIMnya. Aaarrrgh, kenapa sial sekali hari ini.

Jadwal terpaksa diundur lagi. Jumat baru bisa ngurus SIMnya. Akupun mulai kebingungan. Sabtu sudah harus di kampus untuk tes TOEFL, tapi Jumat juga masih harus ngurus SIM. Ah kenapa sial sekali aku ini.

Karena sudah marah, bingung, dan kesal setengah mati. Akhirnya beberapa waktu kuhabiskan hanya untuk menonton televise, main Facebook lewat handphone ataupun mengirim sms yang tidak jelas kepada teman temanku.

Melihat aku hanya bengong didepan televise, ibu kembali memanggil.

“Ris kesini sebentar, bantu ibu mindah kulkas”. Begitu panggilnya

Aduh, hai, tidak cukupkah seharian ini jadwalku sudah berantakan gara gara membantu ibu. Aku menggerutu, namun tak terucap. Tapi disisi lain, mana mungkin aku biarkan ibu memindah sendiri kulkas yang jelas berat itu. Padahal bapak juga sedang keluar. 

Baiklah baiklah, aku anakmu siap membantumu ibu.

Ditengah pekerjaan memindah kulkas, ibu bertanya. “Loh, kamu tadi tidak jadi ngurus SIM ya ?”

Aku hanya diam. Bagaimana sempat aku melakukannya, dari pagi sampai siang begini harus ikut sibuk dengan urusan angkat angkat baglog jamur-lah, mindah mindah kulkas-lah, dan masih juga harus menata baglog jamur tadi di kumbungnya. Semua keluhan seolah mau muntah keluar, namun tertahan. 

Kalau sudah diam begini, ibu langsung tahu kalau ada masalah. “waduh, kalau tau begitu. Tadi ibu tidak mau minta tolong”. Ibu membela, tanda penyesalan.

Selalu saja begitu. Dari dulu sampai sekarang, mana pernah aku bisa tenang mengerjakan urusanku kalau dirumah. Selalu saja ada ini itu, suruh begini, suruh begitu, minta tolong ini, minta tolong itu. Tapi mana mungkin juga akan kutolak perintah ibu. Ibu yang setiap hari sudah pasti bekerja keras untukku. Meski aku tahu, meski juga aku tidak pernah tahu. Entahlah.

Aku benar benar ingin marah. Tapi marah pada siapa ? Apakah mungkin aku mau marah pada ibu ?

Entahlah, aku benci semua keadaan ini. Tapi aku juga harus menjalaninya.

Semoga esok hari, semua urusan ini bisa beres. Itu saja. Aaamiiin


NB : Kisah ini sama sekali tidak bermaksud untuk membenarkan kita untuk mengeluh. Hanya saja, menurut saya, kesulitan memang selalu terjadi. Dan kita selalu memiliki dua pilihan untuk menghadapinya, mau mengeluh, atau mau tetap ikhlas dan bersyukur....