Sabtu, 10 Juli 2010

MENJEMPUT HIDAYAH



Jangan usir kegelapan dengan tongkat,tapi usir kegelapan dengan menyalakan lampu. Niscaya akan mudah memerangi. Cahaya yang paling tinggi adalah cahaya hidayah ALLAH SWT. Kita akan tahu
mana manfaat dan mana maksiat yang tidak bisa dibeli oleh siapapun. Dengan cahaya hidayah,
semuanya menjadi lebih jelas dimata kita antara yang haq dan yang batil.



Hidayah dari Allah begitu lapang. Ibarat kita membuat landasan pesawat. Kalau landasan kita terbuat dari rumput, maka yang mendarat pesawat capung, dan jenis serangga lainnya. Begitupun dengan landasan yang terbuat dari tembok biasa, yang bisa mendarat mungkin pesawat lokal biasa. lain halnya dengan landasan yang terbuat dari beton, yang bisa mendarat bukan hanya pesawat lokal biasa, pesawat pesawat pilihan, bahkan pesawat tempur yang punya daya tempur dahsyat. Artinya, dikala kiuta menginginkan hidayah yang dahsyat, maka kita juga harus membuat landasan yang kuat. Kalau sungguh sungguh maka ALLAH akan sungguh sungguh kepada kita.
Lain halnya jika landasan kita rusak, tidak segera diperbaiki, mungkin tidak akan ada pesawat yang bisa mendarat. Begitu halnya dengan hidayah. Kalau yang ada kita abaikan, maka apa bedanya kita dengan binatang. Teramat rugi bagi orang yang bisa menjemputnya, namun tak pandai menjaganya. Hidayah itu bisa pergi dari kita begitu saja. Bersiap siaplah berada dalam kegelapan lagi. Kaki terpeleset, badan terantuk, dan kepala terbentur. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa yang termahal dalam hidup ini adalah hidayah atau nur cahayanya (iman) dari Allah swt. Dunia dan seisinya seolah tidak berarti jika kita memiliki cahaya hidayah. Dengan hidayah sudah cukup kita merasa memiliki segalanya.
Sungguh rugi oarng yang telah berada dalam hidayah dan menyia nyiakan begitu saja lalu kembali berada dalam kegelapan. Orang yang tidak memahami pentingnya nilai hidayah, akan dengan sangat mudah menukar kebahagiaan hakiki ini dengan apa yang menurutnya bisa mendatangkan kebahagiaan di dunia saja. Hidayah seolah seperti mainan yang bisa dibongkar pasang. Jangan heran bila orang seperti ini akan melihat hidayah dari sisi yang menguntungkan di dunia menurut kacamatanya. Hingga Allah mencabut kenikmatan itu dan menistakannya.
Pemeliharaan hidayah bisa dilihat dari sikap kita dalam menerima masalah. Apakah kita akan merasa rugi dengan masalah yang ada atau malah diuntugkan? Orang yang pandai memelihara hidayah, akan menjadikan setiap masalah sebagai sesuatu yang mendatangkan keuntungan. Kuncinya ada pada perlakuan terhadap masalah. Dia tidak menjadikan masalah sebagai masalah, tapi sebagai hidayah, ladang ilmu, ladang amal, dan sebagai sarana untuk mendekat kepadan Allah ta’ala. Juga sebagai sarana menukur kesabaran.
Dengan demikian saudaraku, kunci dari menjaga hidayah ini terdapat dalam memetik hikmah dari setiap kejadian. Pastikan setiap masalah kehidupan yang kita temui selalu dihadapi dengan tenang. Karena kita yakin, setiap ujian pasti mengandung hikmah. Pandai pandai kita untuk mencari hikmah yang senantiasa mengantarkan kita pada ketenangan hidup. Dengan berbekal keimanan dan rasa syujur yang mendalam, Allah ta’ala akan terus membekali hamba-Nya dengan cahaya hidayah. Jagalah hati kita untuk tetap jernih, hingga hidayah akan dengan sangat mudah kita terima.
Mudah mudahan Allah ta’ala senantiasa mengaruniakan kemampuan pada kita untuk terus menjemput hidayah. Ddan mampu menjaga setiap hidayah yang telah didapat.

Oleh KH Abdullah Gymnastiar
Diambil dari Majalah Al Falah Edisi266 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar