Kamis, 06 September 2012

Cinta Dalam Pandangan #1



Cinta cinta cinta, sesuatu yang mungkin paling banyak menyita perhatian manusia di muka bumi. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua manusia mengalaminya, dahulu, sekarang, atau mungkin nanti.
Dahulu, sungguh aku tak banyak tahu. Aku terlalu sibuk berkawan, bermain, dan hal hal nampak lainnya.Hingga disatu masa sebagian kami terjangkit juga.Masih nampak jelas tentang kisah kisah
masa itu. Secarik kertas binder dengan tulisan stabillo  hijau kekuningan menjadi sebuah penanda dimulainya hubungan, dan merekapun tersenyum berbarengan. 
Ada pula kisah ketika hampir semua kesana kemari membagikan berbagai jenis cokelat, mulai dari yang mahal, hingga cokelat seharga limaratus rupiah perbiji. Atau ketika sepasang anak bau kencur berbasah
kuyup ria kala memperingati kelahiran mereka.

Namun aku tak bergeming dengan segala hiruk pikuk itu. Bukan, bukan berarti aku tak mengalaminya. Kala itu, dia duduk di bangku paling belakang, barisan paling kiri. Dan aku duduk paling belakang barisan tengah. Ya, aku memang hanya seorang anak desa yang udik dan payah, hingga aku tak mampu berteman dengan para anak borjuis sehingga aku terkucilkan, duduk paling belakang. 
Satu ketika dia melihatku dalam dalam, aku masih terpaku.Sejurus kemudian, sebuah kiss bye darinya meluncur ke arahku. Aku masih terpaku, sungguh aku tak mengarti apa maksudnya. Hingga semua berlalu begitu saja, tanpa pernah ada pertanyaan, jawaban, atau apapun.
Kini, setelah berlalu bertahun tahun, aku bertemu lagi dengan sosok itu. Berjalan diantara barisan rak rak etalase, kulihat wajahnya nampak tidak asing. Namun aku ragu untuk menyapanya. Hingga dia memulai
dahulu. Diujung percakapan, kudapati bahwa sekarang dia satu kampus denganku, saking banyaknya mahasiswa disana, hingga tidak kusadari kehadirannya.Cerita itupun berlalu tanpa kepastian. 
Dalam kebingunganku akan hidup dan cinta, roda waktu terus berputar. Hingga akhirnya, mereka yang dulu bersama, kini bercerai berai tergilas waktu. Bahkan tidak jarang berujung pada murka amarah, caci dan makian yang sama sekali bertolak belakang dengan kebersamaan mereka dimasa dahulu.
Yah, aku memang terlalu bodoh untuk mengerti. Mengerti, apalagi menjalani cinta cinta beserta kisahnya yang terjadi.Aku hanya tahu bahwa ada sahabatku disini.
        Namun sungguh, aku banyak bersyukur dengan kebingunganku.
       Setidaknya, disini masih ada teman temanku. Sedangkan mereka yang mengaku bersama karena cinta, kini tercerai berai, bahkan saling caci penuh benci.
Dari sinilah kisah bermula, tentang cinta dalam pandangan, 
tentang kisah dalam perjalanan panjang kehidupan. Dari sini mulai kurasa kebimbangan, 
bahwa mungkin cinta, bukan waktuku kini. 



Cinta dalam Pandangan #1
Surabaya, masa masa kuliah, 
lebih dari tujuh tahun semenjak ketidak mengertian yang aku syukuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar