Selasa, 14 Mei 2013

Menelepon Ibuk

Duh, ini urusan bikin program kok ndak kelar kelar ya. Dipikirin, sudah. Dipantengin, juga sudah. Diperbaiki, sudah juga. Edit sana, hapus sini, apalagi. Tapi kok masih saja belum bisa. Katanya Pak Anis Matta (itu tuh, pak ketuanya PeKaEs), kalau kita ketemu masalah sulit dan ndak tau mau apa lagi, sudah pantengin aja, pikirin terus, bayangin terus, pas bangun, pas mau tidur, pas ke kamar mandi, pas makan, bayangkan terus, nanti inspirasi akan datang.Tapi ini rahasia kita saja ya :D

Baiklah sudah pusing, bingung. Lihat telepon di deket laptop. Waaaah, bagaimana kalau telepon ibuk saja :D. Sudah dua mingguan ini tidak pulang ke rumah, pasti ibuk kangen. Sebenarnya, aku sih yang lebih kangen. Heehehe.

Tapi, kalau telepon ibuk, mau ngomong tentang apa ya ? Aku bukan seorang yang pinter membuka omongan, ngobrol ngobrol akrab. Bahkan dengan ibuk sendiri. NB : Ini memalukan, jadi sifat ini jangan ditiru ya.

Baiklah, telepon saja. Pura pura tanya soal e-KTP yang minggu lalu belum tak ambil. Padahal sebenarnya kangen dan pengen ngobrol sama ibuk saja sih, ndak ada alasan lain. Habis itu pura pura lagi tanya tentang nasib bibit jamur jamur yang kemarin baru dibeli. Setelah itu,semoga aku mampu untuk bercanda canda, sekedar biar obrolan telepon ibi lebih lama, dan artinya, juga bisa semakin lama mendengar suara ibuk.

Telepon tersambung. Muncul suara ibuk dari jauh sana, ya kira kira enam jam  perjalanan darat, tapi cukup beberapa milidetik perjalanan sinyal. Mulai dari pertanyaan e-KTP. Tapi jawabannya selesai dalam satu kalimat, iya KTP yang baru sudah dititipkan mbakmu, tunggu saja. Busyeeet, maunya ngobrol lama lama, tapi kok begini.

Langsung topik kedua, bibit bibit jamur. Buk bagaimana bibit jamurnya ? Sudah tumbuh ?. Dan lagi lagi, tuntas jawabannya dalam satu kalimat, bibitnya belum tumbuh. DUh gimana ni. Topik sudah habis.

Gantian ibuk yang tanya sekarang. Kamu tadi sudah makan belum ?. Sudah buk. Lauknya apa ?. Ikan buk (biar lauk tempe juga, aku tetep jawab lauknya ikan kasian kalau ibuk nanti sedih tau aku makan cuma tempe). Ikan apa ? Aku belum sempat menjawab, ibuk sudah nyerocos duluan. Pasti ikan mati ya ??. Ha ? Aku kaget. Ya iyalah, kalau ikannya masih hidup, terus digoreng, memangnya kamu mau apa ???
Hahaha. Aku cengar cengir sendiri.

Maka selesailah sudah sebuah percakapan (atau mungkin lebih tepat disebut candaan) ini. Percakapan yang akhirnya jadi lucu dan panjang gara gara ibuk yang pinter bercanda.

Memang berbicara dengan ibuk yang jauh disana tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada, atau membuat program program yang aku kerjakan bisa selesai sendiri. Tidak, tentu tidak begitu.

Tapi setidaknya, setelah bercanda canda dengan ibuk, kini hati dan perasaanku menjadi lebih baik dan siap untuk kembali mengerjakan kewajiban beserta masalah masalahnya.


#NB: Selamat menelepon ibuk kalian masing masing :D
Akan lebih baik lagi kalau meneleponnya rutin ya :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar